Mitos dan Fakta tentang Piano

Mitos:
Untuk belajar musik, belilah piano akustik karena lebih bagus daripada piano elektrik.
Fakta:
Piano akustik ada 2 model, model Upright (berdiri) dan model Grand (tidur/memanjang).
Perlu diketahui bahwa, sistem mekanik yang terbaik hanya di model Grand, sedangkan piano Upright tidak dirancang bagus, hanya dirancang hemat ruangan. Piano Upright sudah diciptakan sebelum jaman piano elektrik muncul dan diciptakan untuk yang ingin memiliki piano dengan harga murah.
Jadi bisa dibilang, model Upright tidak sama sensitivitasnya dibanding model Grand. Perbedaan konstruksi tuts membuat hasil suaranya tidak sebaik piano Grand. Itulah sebabnya beberapa artis tidak mau menggunakan Upright piano.
Harga piano akustik model Grand sudah di atas 100 juta rupiah, jadi bukan solusi untuk membeli piano akustik hanya untuk belajar. Jadi, belilah sesuai kebutuhan, bukan hanya sekedar gengsi.
Piano akustik dengan piano elektrik sama sekali tidak bisa dibandingkan, karena beda teknologi dan beda peruntukannya. Jika mengikuti teknologi saat ini, maka piano elektrik sudah dikembangkan semirip mungkin dengan piano akustik model Grand, sehingga membeli piano elektrik untuk belajar adalah solusi terbaik.

Mitos:
Beli piano elektrik, karena lebih mudah dirawat daripada piano akustik.
Fakta:
Piano elektrik memang tidak perlu di tuning, namun bukan berarti tidak ada biaya perawatan, seperti menghindari air serta kelembaban, sampai harus diperhatikan instalasi kelistrikannya.
Mitos:
Perawatan piano akustik lebih mahal daripada piano elektrik.
Fakta:
Piano akustik memang membutuhkan biaya dalam merawatnya, namun jika dirawat  dengan baik secara berkala, piano akustik mempunyai nilai (value) tinggi dan timeless (bisa diwariskan kepada anak cucu). Itulah sebabnya harga piano akustik sangat mahal, sedangkan piano elektrik memang minim perawatan, namun barang elektronik mempunyai masa pakai. Walaupun sudah dirawat, masa pakai barang elektronik hanya sekitar 20 tahun. Itulah sebabnya harga piano elektrik bisa murah.

Mitos:
Jika belajar memainkan alat musik yang menggunakan tuts, lebih baik menggunakan piano daripada keyboard karena tuts piano yang berat sekaligus melatih kekuatan jari.
Fakta:
Alat musik adalah alat yang sensitif, jadi tidak perlu menggunakan kekuatan (power) berlebih dalam memainkannya. Jika terlalu keras menekan tuts, otomatis akan merusak tuts.
Jika anda menemukan tuts piano yang sangat berat, lebih baik jangan dibeli. Bahkan artis pun tidak mau memakai piano tersebut, karena bisa kelelahan ketika konser diatas 2 jam.
Latihan paling utama dalam menggunakan tuts adalah melatih fleksibitas jari, bukan melatih kekuatan jari dalam memainkannya.

Mitos:
Kalau bukan pemain piano, itu bukan pemain musik.
Fakta:
Alat musik diciptakan sesuai kebutuhan tertentu. Keyboard dirancang untuk lebih ringan untuk dibawa kemana saja. Piano elektrik masih terlalu berat untuk dibawa kemana saja.
Tidak ada alat musik yang sempurna. Banyak yang ahli memainkan piano, namun belum tentu bisa menciptakan lagu karena menciptakan lagu tidak hanya sekedar bisa memainkan piano saja.
Mozart, Beethoven, Bach, adalah contoh pianis yang menciptakan lagu untuk dimainkan di orkestra/band besar, bukan hanya sekedar memainkan piano.

Mitos:
Belajar piano itu yang terbaik adalah musik klasik (classic).
Fakta:
Musik klasik itu memang dirancang lebih teratur, jadi bisa dikatakan lebih mudah mempelajari musik klasik daripada musik kontemporer.
Contoh lagu klasik Canon in D dari Johann Pachelbel, chord yang digunakan hanya pengulangan setiap 8 bar/birama. Banyak guru musik yang cenderung menggunakan musik klasik karena mereka malas menjelaskan (analisis) darimana asalnya permainan seperti itu. Mereka lebih mudah menyuruh murid menghafalkan notnya saja karena sudah ada contoh permainan lagunya di Youtube.
Banyak yang memilih memainkan lagu klasik karena  tidak ada masalah hak cipta.
Musisi klasik seperti Mozart, Beethoven, Bach, dsb sudah meninggal dari abad 19, jadi tidak ada yang menuntut masalah hak cipta.
Hal ini jelas tidak baik karena musik mengajarkan attitude, bukan hanya sekedar terampil.

Mitos:
Belajar piano harus menggunakan not balok, karena not angka bukan standar pelajaran musik.
Fakta:
Banyak perhitungan di musik yang mirip seperti perhitungan matematika, seperti berapa bar/birama yang harus dimainkan, berapa nilai ketukan setiap nada (1/4, 1/8, 1/16, 1/32, dsb).
Beberapa tempat Ibadah seperti di Gereja Katolik dan Gereja Kristen, menggunakan buku nyanyian seperti Puji Syukur dan Kidung Jemaat yang menggunakan not angka.
Mengapa menggunakan not angka dan bukan not balok? Karena setiap penulisan not balok harus dibaca nada dasar sesuai dengan perintahnya, tidak bisa diubah langsung nada dasar nya.
Jika harus mengacu pada not balok, maka buku nyanyian tsb harus dicetak sebanyak 12 buku, dan jemaat harus membawa 12 buku tersebut ketika beribadah.
Itulah mengapa buku nyanyian gereja masih menggunakan not angka, selain mudah dibaca, juga lebih mudah penyesuaiannya ketika nada dasar harus ditentukan setiap  kali ibadah.

Mitos:
Pianis yang hebat adalah musisi yang menang kompetisi/lomba piano.
Fakta:
Banyak artis profesional tidak dari lulusan sekolah musik, bahkan tidak dari lomba bentuk apapun. Namun bukan berarti artis tersebut tidak bisa membaca dan menulis partitur musik. Siapa tahu, orangtua artis tersebut bisa mengajarkan sejak kecil, jadi sudah terbiasa membaca dan menulis partitur.
Mereka bisa terjun ke dunia musik karena pengalaman orangtua artis tersebut, karena pengalaman adalah guru yang paling berharga. Pengalaman didapat ketika mengikuti pelajaran musik, bukan mengikuti lomba. Lomba tidak mengajarkan apapun. Lomba hanya mengajarkan persaingan, padahal musik mengajarkan kerjasama, seperti bermain dalam band dan orchestra.

Mitos:
Kalau mau serius belajar musik, harus membeli piano akustik.
Fakta:
Ada penipuan dibalik saran seperti itu.
Modus pertama, jika anda sudah membeli piano akustik yang tidak murah, maka secara psikologis anda akan memaksakan diri untuk serius, karena sudah mengeluarkan uang banyak untuk membeli piano akustik. Yang paling kasihan adalah anak-anak jika harus dipaksakan karena kemauan orangtua, padahal belajar musik itu bisa melalui cara apapun dan menggunakan alat musik apapun.
Modus kedua, jika akhirnya piano akustik itu tidak terpakai, maka terpaksa anda harus menjual sangat rugi, karena alat musik akustik tidak semua orang berminat untuk membelinya.
Modus ketiga, jika anak tetap memaksakan diri untuk belajar, maka guru tidak perlu repot dalam mengajarkan musik, kadang dibiarkan saja murid tersebut karena sudah tidak berminat untuk belajar.
Jadi saran kami adalah, belilah alat musik sesuai kebutuhan, karena belum tentu membeli yang paling mahal akan mendukung proses belajar musik.
Kadang dengan melengkapi alat musik lainnya, seperti memiliki studio pribadi dengan alat musik lengkap, walaupun dengan harga yang terjangkau, bisa membuat suasana bermusik di rumah lebih tidak membosankan.

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Alat Musik Piano, Keyboard dan Organ

Hidup adalah Belajar

Mitos dan Fakta Seputar Musik (1)