Perkembangan Belajar : Investasi Pada Anak


Dalam proses belajar, tiap anak akan mengalami perkembangan yang berbeda-beda. Menurut ilmu psikologi, secara umum, perkembangan belajar akan mengikuti bentuk kurva di bawah ini. 



Pada awalnya, kemajuan belajar yang diperoleh akan sangat lambat (slow beginning). Proses awal pemahaman terhadap suatu bidang ini lambat dan lama karena otak manusia membentuk jaringan saraf (neuron) baru ketika mempelajari bidang keterampilan baru. Namun setelah semakin banyak belajar dan latihan (number of trials or attempts at learning), maka kemajuan belajar (performance) akan mengalami percepatan/peningkatan yang drastis (steep acceleration), dimana otak sudah mempunyai pola jaringan syaraf tertentu yang dapat memberikan perintah motorik dengan baik. Tahap berikutnya adalah periode stabil (plateau) dimana tetap ada peningkatan skill namun tidak secepat periode sebelumnya.
Berdasarkan pemahaman ini, maka peran orangtua adalah selalu mendorong anak dalam belajar. Meskipun sulit pada awalnya, dengan ketekunan dan motivasi yang kuat maka pada akhirnya akan berhasil menguasai.
Penting juga ditekankan pada anak untuk belajar dengan tekun suatu bidang sampai mahir, tidak setengah-setengah. Kalau melihat lagi pada kurva di atas, jika anak masih pada bagian awal kurva yang datar (belum mengalami percepatan), tetapi sudah menyerah, malas dan ingin beralih ke bidang lainnya, maka bisa dipastikan anak tidak akan berhasil semuanya. Biasanya anak tertarik untuk mencoba bidang baru karena ikut-ikutan temannya, atau merasa jenuh dengan bidang yang saat ini dipelajari, namun belum merasa bisa. Orangtua harus bisa menjelaskan bahwa kadang mengikuti suatu tren belum tentu cocok dengan si anak. Orangtua juga harus membantu mendorong anak jika mengalami kesulitan belajar, mencarikan solusi, dan memberikan semangat sehingga anak mau belajar lagi.
Dukungan dari orangtua bisa berupa materi/fasilitas penunjang belajar. Seringkali orang juga menganggap bahwa alat atau fasilitas pendukung belajar yang diberikan, akan berpengaruh secara signifikan untuk perkembangan belajar anak. Misalnya, dalam belajar musik, alat musik yang digunakan untuk latihan harus yang paling bagus supaya bisa dipakai dalam jangka waktu lama. Ada juga yang berpikiran sebaliknya, beli yang paling murah dulu karena toh anak baru mencoba-coba. Solusi  yang terbaik adalah memberikan alat yang standar. Standar artinya bisa digunakan untuk belajar dengan tepat (pas), tidak berlebihan, namun juga tidak mudah rusak, sehingga anak bisa belajar dengan baik.
Selain itu, orangtua juga sebaiknya tidak muluk-muluk memberikan target belajar pada anak. Misalnya, anak harus jadi juara kelas, juara lomba, harus bisa seperti tokoh idola tertentu, dsb. Yang bisa terjadi adalah bukan memotivasi, tetapi membuat anak depresi. Solusi yang terbaik adalah memberikan kesempatan anak untuk mengeksplor bidang baru tanpa memberi target dulu (jika dilihat anak masih pada kurva datar di awal). Setelah dilihat anak mengalami percepatan belajar, maka orangtua bisa memberikan fasilitas lebih atau target yang lebih tinggi pada anak.
Untuk mengetahui apakah anak sudah sungguh bisa menguasai suatu bidang, bukan hanya dilihat ia bisa menampilkan, namun juga dilihat apakah anak itu bisa benar-benar memahami, bisa menganalisis dan bisa menyelesaikan masalah di lapangan (problem solving). Sebagai contoh, dalam musik, orangtua tentu senang anaknya bisa memainkan lagu yang bagus dan sulit. Namun ketika anak dihadapkan pada situasi yang berbeda, misalnya mengubah nada sesuai kebutuhan penyanyi, anak juga harus mampu menyesuaikan saat itu juga. Contoh lain dalam musik juga, ketika berhadapan dengan penonton/audience dewasa atau anak-anak, harus bisa membedakan tempo lagu yang digunakan. Hal-hal semacam ini yang perlu menjadi perhatian orangtua. Dasar teori dan logika analisis yang kuat sangat perlu menjadi bekal anak-anak untuk menghadapi situasi tersebut, bukan hanya sekedar “bisa menampilkan”.

Kita sering mendengar istilah “Investasi pada anak”. Investasi di sini memiliki makna lebih dari sekedar materi/finansial. Investasi pada anak juga bermakna investasi pada waktu, tenaga dan pikiran orangtua. Terkadang hal ini terasa merepotkan, karena sebetulnya investasi ini tidak bisa digantikan oleh siapapun, termasuk guru, pembantu, kakek / nenek, saudara, dsb. Investasi tersebut harus dilakukan oleh orangtua sendiri. Orangtua harus sabar membantu anak, menemani belajar, memberi semangat. Untuk bisa membantu anak belajar, orangtua terlebih dulu harus belajar juga. Jika orangtua bermaksud memberi bekal keterampilan tertentu, tetapi pasrah hanya pada guru, sama saja tidak akan menghasilkan. Orangtua harus berperan aktif membimbing anak sehingga bisa menjadi sosok teladan bagi anak. Investasi pada benda mati bisa menguntungkan, namun seringkali juga merugikan. Investasi pada anak tidak akan pernah rugi, jika dikerjakan dengan penuh cinta kasih, maka akan berbuah secara luar biasa. Inilah iman kita kepada Tuhan. Semoga Tuhan memberkati kita semua.




Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan Alat Musik Piano, Keyboard dan Organ

Hidup adalah Belajar

Mitos dan Fakta Seputar Musik (1)